*** Informasi Seputar Konsumsi Vitamin C ***
Berikut beberapa informasi mengenai konsumsi vitamin C yang dirangkum dari berbagai sumber.
Vitamin C untuk normal kebutuhan tubuh hanya 60-90 mg per hari untuk laki-laki[3].
Kebutuhan vitamin C untuk wanita sekitar 75 mg dan tambahkan 30 mg lebih banyak untuk ibu hamil/menyusui. Untuk para perokok tambahkan 35 mg lebih banyak. Terserah dari sumber apa saja (buah atau sayuran).[dr.Mobeen Syed, M.D. M.S.]
Vitamin C dosis tinggi yang diberikan pada atlet atau orang yang rutin olahraga fisik harian itu memang terbukti nyata meningkatkan imunitas. Namun manfaat vitamin C pada mereka yang sedentary (jarang gerak) menjadi drop/rendah sekali.[2]
Vitamin C disarankan untuk tidak dikonsumsi secara berlebihan oleh pasien yang menderita gagal ginjal karena formasi Oxalate akan membentuk batu ginjal.[4]
Terdapat beberapa studi klinis mengenai penggunaan vitamin C secara oral untuk memperbaiki gangguan Diabetes Tipe 2 (bukan virus). Namun vitamin C yang dimaksud disini adalah yang dikonsumsi secara beruntun, terus menerus, selama periode tertentu dan dengan dosis tertentu. Studi tersebut diantaranya sebagai berikut[4]:
- Delvarian (2008), 500 mg/hari selama 2 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP) dan GDP postprandial (setelah makan).
- Ganesh N. Dakhale (2011), 1000 mg/hari selama 3 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP), GDP postprandial (setelah makan), dan HbA1C.
- Rekha Nayak (2011), 1000 mg/hari selama 2 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP), GDP postprandial (setelah makan).
- Jayesh K. Bhat (2012), 500 mg/hari selama 3 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP), GDP postprandial (setelah makan), HbA1C, dan BUN.
- Parisa Ghaffani (2015), 800 mg/hari selama 2 bulan, mengurangi plasma Insulin dan plasma Trigliserida.
- Ashraf Kotb (2015), 1000 mg/hari selama 3 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP), GDP postprandial (setelah makan), dan HbA1C.
- Amin et al (2016), 500 mg/hari selama 2 bulan, mengurangi Gula Darah Puasa (GDP) dan HbA1C
Jadi, meminum vitamin C dosis tinggi (1000-3000 mg) secara oral itu umumnya tidak berguna begitu banyak apabila hanya sesekali saja atau tidak rutin sesuai dosis dan durasi konsumsi. Karena vitamin C bersifat water soluble atau larut dalam air maka dosis sebanyak itu tidak akan bisa diserap tubuh dan hanya akan dibuang lewat urine.
Struktur molekul vitamin C mirip dengan Glukosa. Apabila keduanya tinggi pada tubuh maka sel akan cenderung lebih suka memilih Glukosa dibanding vitamin C[4]. Kompetisi antara Glukosa dan Vitamin C ini disebut dengan teori Glucose-Ascorbate-Antagonism (GAA)[5]. Insulin akan cenderung ‘memenangkan’ Glukosa dibanding vitamin C untuk masuk ke dalam sel[6].
Ini artinya pada mereka yang Hiperglikemia (diabetes, gula darah tinggi) maka akan terdapat gangguan penyerapan vitamin C. Turunkan Hiperglikemia-nya maka vitamin C dapat kembali diserap secara lebih baik.
Berbagai infeksi dan masalah kesehatan berat akan sembuh lebih cepat ketika asupan vitamin C antara 50-90 mg diberikan pada mereka yang level gula darah berada pada titik rendah tanpa gejala.[5]
Vitamin C yang dimaksud dengan 1000-3000 mg pada pasien COVID-19 adalah pemberian melalui IV (interavena) atau suntikan vitamin C pada pembuluh darah DAN BUKAN yang oral (diminum dalam bentuk suplemen tablet).[1]
Mereka yang beresiko tinggi pada Hiperglikemia (gula darah tinggi, HbA1C tinggi) maka lebih baik fokuskan pada penurunan gula darahnya agar kalau minum vitamin C dapat diserap lebih baik oleh sel.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
[1]. Comprehensive treatment and management of corona virus disease 2019: expert consensus statement from Shanghai. Shanghai Clinical Treatment Expert Group for corona virus disease 2019. Published 2020-03-01. (https://mp.weixin.qq.com/s/bF2YhJKiOfe1yimBc4XwOA) [2]. Vitamin C for preventing and treating the common cold. Hemilä H, Chalker E. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23440782) [3]. A new recommended dietary allowance of vitamin C for healthy young women. Mark Levine, Yaohui Wang, Sebastian J. Padayatty, and Jason Morrow. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC55540/) [4]. Role of ascorbic acid in diabetes mellitus: A comprehensive review. Hn Santosh, Chaya M David. (https://www.researchgate.net/publication/317547787_Role_of_ascorbic_acid_in_diabetes_mellitus_A_comprehensive_review) [5]. Ascorbic Acid and Other Modern Analogs of the Germ Theory. John T. A. Ely, Ph.D. (http://orthomolecular.org/library/jom/1999/articles/1999-v14n03-p143.shtml) [6]. The glucose/insulin system and vitamin C: implications in insulin-dependent diabetes mellitus. Cunningham JJ. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9550452)
