LEPTIN
Oleh: Mas Gunggung
Berat badan dikontrol melalui keseimbangan energi antara energi yang masuk (intake) dan energi yang keluar (expenditure). Ketidakseimbangan energi akan menyebabkan akumulasi kelebihan kalori dalam bentuk peningkatan Trigliserida yang kemudian memicu kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas sangat erat kaitannya dengan berbagai gangguan metabolik diantaranya dislipidemia, penyakit kardiovaskular, stroke, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang bersifat epidemik dan sangat serius menjangkiti masyarakat dari tahun ketahun karena selalu meningkat.
Pada kondisi normal, jaringan lemak bekerja sama secara erat dengan otak untuk menjaga keseimbangan energi dan berat badan. Jaringan lemak ini kemudian akan mengeluarkan berbagai hormon yang secara kolektif disebut dengan Adipokines yang berfungsi mengatur metabolime nutrisi. Salah satu jenis Adipokines yakni LEPTIN bertugas sebagai penyampai signal ke otak mengenai penyimpanan dan ketersediaan energi tubuh. Otak, melalui Hypothalamus, kemudian mensensor sinyal ini dengan cara mengirimkan informasi ke seluruh tubuh mengenai kebiasaan makan dan pengeluaran energi.
Leptin, selain mengatur dirinya sendiri, juga bisa diatur oleh beberapa fungsi hormon seperti Insulin dan Glucocorticoid. Dan Leptin yang bersirkulasi pada aliran darah normalnya proporsional dengan massa lemak yang ada pada tubuh. Level plasma Leptin dapat menurun ketika seseorang sedang berpuasa sebelum terjadinya penurunan kadar lemak tubuh.
Leptin sebagai hormon utama yang berperan dalam menjaga keseimbangan energi dan berat badan disekresikan dari Adipocyte (sel lemak) ke aliran darah. Cara Leptin mengontrol keseimbangan energi dan berat badan adalah dengan mentargetkan hormon ini pada receptor di otak yang bernama LEPRb (Leptin Receptor b) yang berlokasi di Hypothalamus. Receptor LEPRb merupakan receptor urutan pertama yang kemudian akan meneruskan permintaan ini ke seluruh receptor yang ada di dalam area Hypothalamus dan diluar Hypothalamus melalui jaringan syaraf. Jadi, Leptin mentargetkan pada jaringan syaraf yang ada di seluruh tubuh kemudian melepaskan ke aliran darah. Ia memediasi komunikasi antara Otak dengan seluruh jaringan lemak di tubuh.
LEPRb merupakan anggota dari Interleukin 6 (IL-6) dimana IL-6 merupakan protein yang berperan dalam menanggapi infeksi, cedera jaringan, inflamasi (peradangan), respon imunitas, dan hematopoiesis.
Obesitas dilihat dari kontribusi Leptin dapat dipandang berdasar 4 (empat) faktor yakni Hyperleptinemia, Inflamasi, Stress, dan Kerusakan Autophagy. Dan Inflamasi serta Stres merupakan faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya Hyperleptinemia (biasa disebut Leptin Resistance). Pada mereka yang mengalami obesitas terjadi sirkulasi Leptin pada aliran darah yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang normal.
Saya akan bahas sedikit mengenai Hyperleptinemia.
Hyperleptinemia, sesuai namanya artinya kelebihan Leptin. Hal ini disebabkan karena terjadinya Leptin Resistance. Analogi yang mirip dengan Insulin Resistance dimana Insulin “ngambek” sehingga fungsi normalnya tidak bekerja sebagaimana mestinya dan berakibat Glukosa yang beredar menjadi liar dan membentuk masalah baru yakni Hiperglikemia (diabetes). Pada obesitas, jumlah Leptin menjadi begitu banyak akibat banyaknya sel lemak pada tubuhnya. Leptin ini khan melekat pada Adipose Tissue atau jaringan lemak, maka semakin banyak lemak pada tubuh akan membuat Leptin semakin meningkat.
Jika jumlahnya makin kronis maka level sirkulasi Leptin pada pembuluh darah menjadi meningkat dan menyebabkan terjadinya hyperleptinemia. Hyperleptinemia menyebabkan terjadinya Leptin resistance. Agar dapat dikurangi, maka diperlukan pengkondisian tubuh untuk meningkatkan sensitivitas Leptin melalui Puasa. Ketika sensitivitas Leptin meningkat maka Leptin resistance dapat dicegah sehingga seseorang berangsur-angsur akan masuk kembali pada mode fungsi Leptin normal.
Memahami Hyperleptinemia sebenarnya mirip dengan Hyperinsulinemia juga Hyperglikemia. Pada Hyperinsulinemia misalnya, terjadi kondisi resisten akibat dari membludaknya jumlah Insulin dikarenakan asupan Glukosa yang terus menerus. Maka diabetes tipe II disebut juga Insulin Resistance. Dengan seringnya masuk asupan Karbohidrat sebagai penyumbang terbesar Glukosa maka Insulin akan bekerja lebih keras untuk terus menerus menormalkan Glukosa dalam tubuh. Ketika fungsinya terganggu akibat terus menerus asupan terjadi, maka Insulin “ngambek” dan jadilah ia Insulin Resistance.
Demikian juga dengan Hyperleptinemia, karena jumlahnya berlebih dan terus menerus dikeluarkan tanpa kontrol maka fungsinya menjadi terganggu dan lahirnya Hyperleptinemia. Banyaknya sel lemak pada tubuh seseorang akibat dari Obesitas menyebabkan Leptin terus menerus bereaksi. Efeknya, orang Obesitas itu akan terus menerus merasa lapar dan lapar karena Leptin terus menerus bersirkulasi dalam aliran darah dalam jumlah besar akibat banyaknya sel lemak. Disinilah kemudian pemicu hasrat masuknya asupan Glukosa yang terus menerus. Terjadi metabolik stress di dalam tubuhnya. Nafsu menjadi sulit terkontrol. IL-6 meningkat.
Jadi, sebenarnya obesitas itu adalah kondisi dimana terjadi peradangan/inflamasi dan stres metabolik dalam tubuh tanpa disadari. Maka definisi dimana obesitas itu adalah PENYAKIT menjadi sesuai adanya.
Maka benarlah, makanlah secukupnya. Jangan berlebih-lebihan. Sepertiga lambung untuk makanan, sepertiga untuk udara, dan sepertiga lagi untuk minuman. Dengan demikian, tidak akan terjadi Hyperleptinemia. Dengan tidak terjadinya Hyperleptinemia maka potensi Obesitas menurun. Jika obesitas menurun maka potensi diabetes, kardiovaskular, dan kanker ikut menurun sehingga biaya kesehatan juga jadi ikut menurun.
Dalam pemahaman saya, salah satu strategi untuk menekan Leptin selain dari Puasa adalah via olah napas yang dapat mengkondisikan agar terjadi penurunan Inflamasi dalam bentuk kadar IL-6 menurun, stres menurun (via penurunan detak jantung), dan Cortisol menurun. Maka efeknya, Leptin bisa ditekan dan nafsu makan terkontrol.
And yes, we can do it by breathing technique.
Semoga bermanfaat.
Hati-hati, beberapa hari lagi akan ada kondisi tumpah ruahnya berjenis makanan di masyarakat yakni Idul Fitri. Perhatikan makanan Anda, perhatikan tubuh Anda. Jaga agar tidak obesitas. Semoga sehat selalu!
Salam hangat,
MG
Referensi:
[1]. Obesity as a medical problem. Kopelman PG. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10766250/)